WAQAF DAN WASHAL
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT, yang telahmemberikan
rahmat dan hidayat nya kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan hidayah nya
itu penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Qira’atul Qur’an I yang
berjudul,''Waqaf dan Washal'' Selanjutnya salawat beriring salam, penulis
kirimkan buat nabi Muhammad SAW, sebagai pimpinan umat manusia, yang telah
meninggalkan dua pedoman hidup bagi manusia yaitu Alquran dan Sunah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan
karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, namun berkat
petunjuk Allah SWT, motivasi, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun secara tidak lansung, dengan izin Allah SWT, tugas
makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan kepada pembaca demi kesempurnaan
makalah ini untuk masa yang akan datang, semoga makalah ini ada manfaat nya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia fitrahnya untuk beribadah kepada
Tuhan, Salah satu beribadah kepada Tuhan adalah dengan membaca ayat suci Al
qur’an, dengan menbaca al quran dengan tajwid dan makhraj yang benar akan
bernilai pahala di sisi Tuhan. Di sini penulis akan mencoba memberikan uraian
dari salah satu cara membaca Al qur’an yaitu waqaf dan washal
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu waqaf dan washal ?
2. Apa saja pembagian waqaf dan
washal ?
3. Apa saja cara-cara berwaqaf dan
washal ?
4. Apa saja tanda-tanda dari waqaf dan
washal ?
C. Tujuan Masalah
1. Penulis serta pembaca tahu dimana kita harus
waqaf atau washal ketika membaca Al qur’an.
2. Penulis dan pembaca tahu tanda-tanda waqaf dan
washal serta bagaimana memahaminya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waqaf Dan Washal
Waqaf menurut bahasa artinya
berhenti. Menurut istilah waqaf adalah menghentikan bacaan
sejenak pada akhir ataupun pertengahan ayat.
Penerapan waqaf disesuaikan dengan tanda tertentu. Tanda waqaf ada yang
terdapat di akhir atau tengah tengah ayat.
Washal menurut bahasa artinya
terus atau menyambung bacaan. Menurut istilah washal adalah
meneruskan bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus
membacanya. Jika tidak kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang
kembali.
B. Jenis – jenis waqaf :
1. Waqaf Sempurna ( taam ) , yaitu
waqaf pada suatu kalimat yang dibaca secara sempurna tanpa melakukan pemotongan
di tengah – tengah bacaan , serta tidak mempengaruhi arti karena tidak
berhubungan dengan bacaan sebelumnya ataupun selanjutnya .
Misalعَلَى هُدًى مِّنْ رَّبِهِمْ وَاُولَئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ :اُولَئِكَ
2. Waqaf Memadai ( kaafi ) , yaitu
waqaf pada suatu kalimat yang di baca secara sempurna tanpa melakukan suatu
pemotongan kalimat di tengah – tengah , namun masih berhubungan arti dengan
kalimat sebelum ataupun sesudahnya.
Misal: اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَايُؤْمِنُوْنَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ
ءَاَنْذَرْتَهُمْ
Karena lafad ini masih
berhubungan arti dengan lafad berikutnya yakni
خَتَمَ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى
سَمْعِهِمْ
Yaitu masih masih sama sama berhubungan
dalam membicarakan orang orang kafir
3. Waqaf baik ( hasan ) , yaitu mewaqafkan
suatu kalimat yang tidak mempengaruhi arti namun kalimat tersebut masih
berhubungan dengan kalimat sesudahnya .
Misal lafad الحَمْدُلِلهِ pada permulaan surat Alfatihah.
Karena lafad sesudahnya yaitu رَبِّ اْلعَالَمِيْنَmasih ada hubungan dengan lafad لِلهِ sebab menjadi predikat.
4. Waqaf Buruk ( qabiih ) , yaitu
mewaqafkan ditengah kalimat dengan membaca tidak sempurna sehingga mempengaruhi
makna yang berkaitan dengan kalimat yang lainnya. Waqaf ini harus dihindari .
Seperti: يَااَيُّهَا اَّلذِيْنَ اَمَنُوْا لاَتَقْرَبُوْا الصَّلَوةَ وَاَنْتُمْ
سُكَارَى
Pada lafad ini kita tidak boleh berhenti
hanya pada lafad يَااَيُّهَا اَّلذِيْنَ اَمَنُوْا
لاَتَقْرَبُوْا الصَّلَوةَ
Karena hal tersebutakan menimbulkan ma’na
yang bertentangan.
Maka harus dibaca secara sempurna tanpa
waqaf.
Kecuali jika dalam keadaan darurat,
seperti kehabisan nafas, lupa batuk dan sebagaimana. Maka hal tersebut
dimaafkan dfengan catatan siqoori’ harus mengulanginya dari lafad sebelumnya,
yakni lafad لاَتَقْرَبُوْا الصَّلَوةَ
Waqaf seperti ini disebut waqof idhthirori
(waqof terpaksa)
A. Macam Macam Tanda Waqaf Dalam Al Qur'an
Macam macam tanda waqaf dalam Al Qur'an
adalah sebagai berikut:
1. Waqaf Mutlaq (ط)
Waqaf Mutlaq tandanya ط. Apabila kita membaca Al Qur'an menemui
tanda waqaf tersebut, maka lebih utama diwaqafkan atau berhenti pada tanda
waqaf tersebut.
2. Waqaf Lazim (م)
Waqaf Lazim tandanya م. Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat
tanda waqaf lazim, maka cara membacanya adalah harus berhenti.
3. Waqaf Jaiz (ج)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda
waqaf jaiz, maka cara membacanya boleh berhenti dan boleh dilanjutkan dengan
kata berikutnya.
4. Waqaf Waslu Ula (صلى)
4. Waqaf Waslu Ula (صلى)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda
waqaf ini, cara membacanya adalah lebih utama dilanjutkan dengan kata
berikutnya.
5. Waqaf Mustahab (قيف)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
6. Waqaf Waqfu Ula (قال)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
7. Waqaf Mujawwaz (ز)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat tanda tersebut, tetapi boleh juga waqof.
8. Waqaf Murakhas (ص)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, boleh berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut karena darurat yang disebabkan oleh panjangnya ayat atau kehabisan nafas, tetapi diutamakan waslah/terus.
9. Waqaf Qobih (ق)
5. Waqaf Mustahab (قيف)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
6. Waqaf Waqfu Ula (قال)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
7. Waqaf Mujawwaz (ز)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat tanda tersebut, tetapi boleh juga waqof.
8. Waqaf Murakhas (ص)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, boleh berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut karena darurat yang disebabkan oleh panjangnya ayat atau kehabisan nafas, tetapi diutamakan waslah/terus.
9. Waqaf Qobih (ق)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda
waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat tanda tersebut.
10. Waqaf Laa Washal (لا)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, jangan waqof kecuali jika di bawahnya terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara mutlaq, maka boleh berhenti tanpa di ulang lagi.
11. Waqaf Mu'anaqah (.’. .’.)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti di salah satu dari kedua kelompok titik tiga tersebut, boleh pada yang pertama atau yang kedua.
12. Waqaf Saktah (ساكته)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti dan diam sejenak tanpa mengambil nafas baru pada kata yang terdapat tanda tersebut. Saktah Sakat adalah diam sejenak biar putus & pisah suaranya dengan tanpa berganti nafas.
Di dalam Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:
10. Waqaf Laa Washal (لا)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, jangan waqof kecuali jika di bawahnya terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara mutlaq, maka boleh berhenti tanpa di ulang lagi.
11. Waqaf Mu'anaqah (.’. .’.)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti di salah satu dari kedua kelompok titik tiga tersebut, boleh pada yang pertama atau yang kedua.
12. Waqaf Saktah (ساكته)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti dan diam sejenak tanpa mengambil nafas baru pada kata yang terdapat tanda tersebut. Saktah Sakat adalah diam sejenak biar putus & pisah suaranya dengan tanpa berganti nafas.
Di dalam Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:
- Di dalam surah Al-Muthaffifin, ayat 14.
- Di dalam surah Al-Qiyamah, ayat 27.
- Di dalam surah Yaasiin, ayat 52.
- Di dalam surah Al-Kahfi, ayat 1.
B. Cara Mewaqafkan Bacaan Dalam Al-Qur’an
1. Jika huruf terakhir berharakat sukun
(mati), maka membacanya tida ada perubahan sama sekali. Contohnya:
فَارْغَبْ
— فَحَدِّ ثْ
— اَعْمَالَهُمْ
(tetap dibaca a’maalahum, fahaddits – dan farghab )
2. Jika huruf terakhir berharakat fathah, kasrah,dhammah, atau tanwin,maka huruf terakhir tersebut dibaca sukun (mati). Contohnya:
Lafadz اْلبَلَدِ (al-baladi)
dibaca menjadi الْبَلَدْ (al-balad),
lafadz خَلَقَ (Khalaqa)
dibaca menjadi خَلَقْ
(khalaq).
3. Jika huruf terakhir ta’ marbuthah (ة ), baik letaknya di tengah ataupun di akhir kalimat. Maka, membacanya adalah dengan mengganti huruf ta’ marbuthah (ة ) tersebut dengan huruf ha’ (هْ) yang dibaca sukun (mati). Contohnya:
Kata أخِرَةٌ – القَارِعَةُ
— جنّةٌ
dibaca menjadi أخِرَهْ
— القَارِعَه
— جَنَّهْ
4. Jika huruf terakhir berharakat (hidup), tetapi sebelumnya didahului huruf mati (sukun), maka dua huruf tersebut dibaca sukun semuanya, tapi huruf yang terakhir dibaca suara yang pelan. Contohnya:
Lafadz بِالْهَزْلِ (bil
hazli) dibaca menjadi باِلْهَزْلْ (bil hazl)
5. Jika di akhir kalimat, didahului
bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad
yang huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membacanya dengan
mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan dipanjangkan
sedikit antara dua sampai empat harakat.
Contohnya: مِنْ خَوْفٍ — وَٱلصَّيۡفِ — الحَكِيْمُ — يَشْعُرُوْنَ
6. Ketika berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً ), maka cara mewaqafkan bacaan tersebut dengan membaca harakat fathahnya saja sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan mad ‘iwadh.
Contohnya: Lafadz اَفْوَاجًا
dibaca menjadi افْوَاجَا
, kemudian lafadz سَلاَ مًا
dibaca menjadi سَلَا مَا
7. Jika huruf terakhir bertasydid, maka dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya, seperti : مِنْـهُنَّ dibaca مِنْـهُنّْ , خلَقَهُنَّ dibaca خَلَقَهُنّْ
8. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ؤ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca pendek bila washal, seperti : يَـتَـفَـيَّـؤُا dibaca يَـتَـفَـيَّـأْ
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf
adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan
mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti
sejenak dalam membaca ayat-ayat Al qur’an, pemahaman yang minim dapat
menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al qur’an
DAFTAR
PUSTAKA
Sunarto, Ahmad. 1420 H/1999 M. Pintar
Ilmu Tajwid (Tanya Jawab).
Surabaya : Al-Miftah
Ulin Nuha Arwani, Muhammad.
Dkk. 2010 Yanbu’a.
Kudus : Yayasan Arwaniyyah
Misbahchul Munir,
muhammad. 1995 Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Qur’an dilengkapi
dengan Ilmu Tajwid dan Qosidah.
Surabaya : Apollo
Komentar
Posting Komentar